BAB I
PENDAHULUAN
Dari
beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi
hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang
termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang
membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir
sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa
aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam
yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang
terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena
ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .
Semua soal
tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya
telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme,
pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan
memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita
perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat
berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu
atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau
hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat
bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain
yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal
dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving),
dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya
disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A.
mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan
sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang
pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas
dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah
cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah
suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan
sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah
atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi
praktis.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan
para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek
pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda.
Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba
menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan)
yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;
(2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di didik atau si
terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5)
Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki
ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan
agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang
paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman
atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan
hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya
mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber
untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al
Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, al Qur’an
sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang
besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al
Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat
besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan
program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa
Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al
Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan
pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam
upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa
pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan
menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan
menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam
terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami
wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu
cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52
)” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling
dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan
memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan
ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia”
(al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari
ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
- Bahwa al
Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan
hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan
yang diridloi Allah SWT.
- Menurut
Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati
untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau
dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan
Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk
kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar
saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan
Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama
keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat
universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan dalam arti umum mencakup
segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan
sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan,
karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak
pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.
Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan
waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini.
Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli
pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan
cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan
pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah
semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat
manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang
melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung
unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi
itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa
hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan,
hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan
sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati
sebelumnya.
Sedangkan para ahli filsafat
pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh
dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari
permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan
mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa
orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang
lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka
itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.
Sebagai ajaran (doktrin) Islam
mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan
dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah
dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu
kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki
daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi
sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist,
meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
- Menyadarkan
secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain
serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
- Menyadarkan
fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung
jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
- Menyadarkan
manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
- Menyadarkan
manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar
memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan
kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas
kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu
kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer,
dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan
Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran
Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika
sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
B.
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Penjelasan mengenai ruang lingkup
ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai
sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan,
khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat
pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat
pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau
cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat
pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik.
Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya
dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk
bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah
guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
C.
Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam
kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi
pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa
Falsafatuha “ yaitu :
- Untuk membantu pembentukan
akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa
pendidikan Islam.
- Persiapan untuk kehidupan dunia
dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada
segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia
menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
- Menumbuhkan ruh ilmiah pada
pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains,
sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
- Menyiapkan pelajar dari segi
profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi
tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari
rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian
dan keagamaan.
- Persiapan untuk mencari rezeki
dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya
bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh
perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan
aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan
antara agama dan ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
Islam dengan
sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para
ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai
masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita
katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang
pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Demikian
pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya
dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan
Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia
pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya pandangan
tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan
mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila
mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.
Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap
apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli
tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman
mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh
terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah
percaturan global.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung , 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta , 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya , 1983.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta , 1995.